Skip to main content

Rapat Kerja Srikandian Ibu Profesional Bekasi 2023

Pada hari Minggu, 26 Februari 2023 saya mengikuti kegiatan Rapat Kerja bersama para srikandian Ibu Profesional Bekasi. Setelah sebelumnya didahului dengan acara serah terima amanah dan dilanjut dengan rapat kerja melalui zoom secara daring. Pada sesi daring sudah ada pembahasan program kerja dari masing-masing komponen, mulai duari Kampung Komunitas, Sejuta Cinta, Himpunan Mahasiswa, Sister Regional, KIPMA dan Lumbung Ilmu. Kali ini sesi luring digunakan sebagai media diskusi untuk membuat sinergi kegiatan antar komponen.  Sekitar dua pekan sebelumnya, saya dihubungi oleh panitia dari Sisreg atau sister regional dan diminta hadir sebagai host atau MC. Kegiatannya semi formal dengan lebih banyak interaksi diskusi dan improvisasi kegiatan secara umum. Sesi pembukaan dilanjutkan dengan sambutan dan prakata dari sekretaris regional yang membahas tentang alur administasi ke sekreg dari masing-masing komponen. Setiap komponen harus mengisi form jika ingin mengadakan kegiatan, baik kegiat...

Fitrah Seksualitas Presentasi Hari Ke-5

MENUMBUHKAN FITRAH SEKSUALITAS
"TUBUHKKU ADALAH MILIKKU"

Hari kelima presentasi disampaikan oleh kelompok 5, dengan pembahasan fitrah seksualitas yang menekankan pada identifikasi gender. Adanya perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan. Di mana orang tua harus lebih menekankan pada pembedaan stimulasi yang signifikan dalam pola asuh pada anak laki-laki maupun anak perempuan.

Ustadz Adriano Rusfi menyampaikan, yang harus diperhatikan adalah apakah anak sudah merasakan diferensiasi fitrah seksualitas dalam bentuk teladan dari kedua orang tuanya. Sudahkah ia melihat  perbedaan signifikan antara sang ayah dan sang ibu baik dalam sikap, peran dan pembagian tugas kehidupan. 
Jika contohnya tidak tampak dengan signifikan bisa jadi anak akan mengalami sexual and gender confuse saat proses mengidentifikasi dirinya.

🌷 Paradigma orang tua

Paradigma orang tua adalah tantangan bagi penumbuhan fitrah seksualitas. Paradigma merupakan faktor pembentuk pola asuh.  Paradigma sendiri dibentuk oleh pengalaman, informasi dan pola asuh orang tua sendiri. 

Jika orang tua memiliki paradigma pendidikan atau penumbuhan fitrah seksualitas adalah hal tabu hal maka dia akan memiliki preferensi untuk tidak melakukan stimulasi fitrah seksualitas bagi anak-anaknya. Atau jika orang tua memiliki paradigma bahwa laki-laki dan perempuan itu setara maka tidak perlu ada pembedaan yang signifikan terhadap laki-laki dan perempuan.

dr. Amir Zuhdi seorang Praktisi Neuro Parenting mengatakan dalam pengasuhan dan pendidikan anak, setiap orangtua & guru harus mengerti dan memahami bagaimana otak anak dan otak dirinya bekerja dan memahami bagaimana otak anak tumbuh dan berkembang. 

Kesalahan stimulasi atau ketidak tepatan pemilihan stimulasi yang sesuai dengan usia atau tumbuh kembangnya justru akan menjadi bumerang bagi perkembangan anak. Demikian juga dalam hal penumbuhan fitrah seksualitas, tiap tahap usia memiliki metode yang berbeda.

Tantangan yang dihadapi dalam menumbuhkan fitrah seksualitas ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu tantangan internal dalam keluarga, dan tantangan eksternal.


🌻Tantangan Internal Keluarga:🌻
  • Jika orang tua memiliki pola asuh yang tidak tepat maka anak bisa mengalami sexual and gender confuse bahkan disorientasi seksual
  • Ayah dan ibu adalah panutan
  • Jika orang tua memiliki paradigma bahwa penumbuhan fitrah seksual adalah hal tabu, maka dia tidak akan menstimulus fitrah seksual anaknya
  • Kesalahan stimulasi yang tidak sesuai tahap usia justru akan menjadi bumerang bagi anak

🌻Solusi Tantangan Internal Keluarga:🌻

      1. Orang tua harus sepenuhnya ada untuk anak
Orang tua memiliki peranan aktif untuk perkembangan anak. Jika anak laki-laki kurang kasih sayang ayah, ayah tidak dekat dengan anak, emosi anak akan terganggu. Kalau laki-laki cenderung akan nakal, seks bebas, dan narkoba, sedangkan anak perempuan akan depresi dan melakukan seks bebas. 

Sedangkan jika sebaliknya, maka anak laki-laki akan tumbuh dengan  emosi tidak stabil, apatis dan menjadi lelaki kasar dan egois. Pada anak perempuan akan menjadi tomboy, kurang peka serta penyendiri dan pemalu.

      2.️ Dibutuhkan attachment (kelekatan)
Hubungan emosi anak dengan orang tua harus dekat. Dibutuhkan attachment antara ayah dan anak, juga ibu dengan anak. Dekatnya pun bukan sekadar kulit ke kulit, melainkan dari jiwa ke jiwa. 

Dalam penelusuran siroh Nabi Muhammad SAW, ternyata memang sosok ayah dan ibu tidak boleh hilang sepanjang masa anak, sejak lahir sampai aqilbaligh di usia 15 tahun.

      3.️ Tujuan pengasuhan jelas
Elly Risman, pendiri Yayasan Kita dan Buah Hati  pernah melakukan riset terhadap pasangan suami-istri berusia 25-45 tahun, apakah mereka menentukan tujuan pengasuhan yang jelas. Hasil risetnya menunjukkan tidak semua pasangan menyepakati apa tujuan mereka.

Jadi yang perlu diperhatikan adalah menyusun lagi, merumuskan lagi pola pengasuhan, mendiskusikan bersama pasangan, lalu menyepakati. Setelah itu, membuat analisis dan evaluasi, misalnya 3 bulan sekali.

       4.️ Mengatur gaya bicara (komunikasi produktif)
Apabila berbicara pada anak harus baik, harus benar, dan tidak berbohong. Setiap orang tua tidak menyalahkan atau membanding-bandingkan anak karena akan membuat komunikasi antara anak dan orang tua terganggu.

Tak hanya itu, hendaknya setiap orang tua selalu mendengarkan perkataan anak mereka, memperhatikan saat mereka bicara, serta mengetahui keunikannya.

       5. Pendidikan agama
Pendidikan agama bagi anak sangat penting. Namun tidak dianjurkan memasukkan anak ke sekolah agama tanpa mengetahui basic agama dari orang tuanya.

Pendidikan agama adalah tanggung jawab dan kewajiban orang tua kepada anaknya. “Dalam hal ini, kita mengajarkan agama bukan sekadar supaya mereka bisa mengaji, rajin ke gereja, atau biar bisa salat. Tapi agar mereka suka melakukan itu tanpa harus disuruh nantinya.

        6. Mengajarkan anak menahan pandangan
Munculnya “kekacauan otak” pada diri remaja adalah karena orang tua tidak mengajarkan anaknya untuk menjaga dan menahan pandangan.

Ternyata hal ini juga ada di Al-Quran, bahwa kita harus menjaga pandangan. ‘Bencana’ terjadi bisa karena orang tua tidak mengajarkan anaknya untuk menjaga pandangan mereka.

        7. Mengajarkan adab pada anak 

Ajarkan anak meminta izin masuk kamar, mengenalkan aurat dan menjaganya dari pandangan orang lain termasuk keluarga, serta memisahkan tempat tidur saat berusia baligh dan dilarang satu selimut walau sesama jenis.

        8. Mendidik fitrah seksualitas anak sesuai tahapan usia dan pemahaman anak
Inti mendidik fitrah seksualitas adalah terbangunnya attachment (kelekatan) serta suplai keayahan dan suplai keibuan.
Wujudnya adalah kesiapan untuk memikul beban rumah tangga melalui pernikahan, membangun keluarga, menjalani peran dalam keluarga yang beradab pada pasangan dan keturunannya.


🍁 Tantangan Eksternal Keluarga:🍁

🌱 *Pandangan masyarakat*

Cara pandang masyarakat merupakan salah satu tantangan dalam proses penumbuhan fitrah seksualitas. Terkadang ayah bunda menjadi ragu-ragu atau enggan karena dianggap beda dengan masyarakat umumnya. Kebanyakan saat ini secara umum masyarakat masih belum menyadari pentingnya stimulasi fitrah seksualitas pada anak, sebagian menganggapnya tabu, sebagian cuek merasa tidak penting bahkan menganggap aneh.

Misalnya, banyak kita temui anak-anak yang belum dikenalkan dengan aurat sejak dini, buka aurat di tempat umum, pipis sembarangan sehingga tampak alat genitalnya, dll. Setelah terjadi kasus2 kekerasan seksual pada anak, barulah tersadarkan, itupun masih sebagian kecil yang berkesempatan mendapatkan edukasi.

🌱 *Kebijakan pemerintah*

Kebijakan pemerintah yang bisa dipandang sebagai tantangan bagi penumbuhan fitrah seksualitas adalah Pengarusutamaan Gender (PUG) yang wajib dilaksanakan oleh institusi-institusi pemerintahan terkait di semua sektor.

Apa yang dianggap sebagai tantangan ?
Tujuan utama PUG adalah memberikan hak atas layanan/anggaran pemerintah yang sama antara laki-laki & perempuan, orang dewasa & anak-anak, masyarakat dengan tingkat ekonomi yang rendah maupun tinggi, dll

Namun dalam prakteknya sebagian orang justru fokus pada perbedaan istilah antara jenis kelamin dengan gender bahkan secara ekstrim mempertentangkan. Jika dilihat dari sudut pandang fitrah seksualitas hal ini tidak sejalan.  Bahkan ada sebagiannya lagi yang menggunakannya sebagai dasar legalitas LGBT.

🌱 *Pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan fitrah*

Ini adalah tantangan terbesar di Era Milenial. Para ahli parenting sejak lama sudah memperingatkan bahaya pemikiran-pemikiran yang tidak sejalan dengan fitrah, namun rata-rata keluarga Indonesia belum aware atas persoalan-persoalan demikian

Ibu Elly Risman, Ust. Adriano Rusfi, Ustadz Harry, dll menyampaikan betapa pengabaian pendidikan atas fitrah seksualitas ini akan mengundang banyak permasalahan-permasalahan sosial. Saat ini sudah cukup banyak kasus-kasus yang terjadi , penyimpangan sosial semacam pornografi, pornoaksi, pelecehan seksual, dll atau penyimpangan seksual semacam LGBT, sodomi, pedofil, dll yang korbannya adalah anak-anak atau sebaliknya pelakunya adalah anak-anak.

🍁 Solusi Tantangan Eksternal 🍁

1. Melakukan edukasi tentang pola asuh yang tepat pada anak-anak sebagai sarana mencegah permasalahan sosial akibat salah pengasuhan

2. Memberikan edukasi tentang pentingnya kekokohan keluarga sebagai benteng utama serangan pemikiran,  pengaruh2 negatif maupun dampak kecanggihan teknologi.

3. Melakukan edukasi pada masyarakat.

4. Melakukan kerjasama, sinergi dan berjejaring dengan pemerintah, institusi swasta dan komunitas-komunitas masyarakat lainnya.


Media Edukasi yang disampaikan oleh kelompok 5 berupa game board ular tangga yang ditempel stiker sesuai dengan tema fitrah seksualitas. Selain itu, kelompok 5 juga menyampaikan video tentang lagu anak-anak terkait bagian-bagian tubuh.

Video lagu dapat disaksikan pada link berikut:


Media Edukasi Kelompok 5


Referensi:
Santosa, Harry, 2017, Fitrah Based Education, Yayasan Cahaya Timur
Ihromi, Tapi Omas, dkk,2000, Penghapusan Diskriminasi Terhadap Wanita, Alumni: Bandung
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d- 3114616/sebelum-menikah-penting-juga-mengenali-inner- child-pasangan
https://bykamelia.wordpress.com/2016/02/22/pola- asuh-rentan-lgbt-oleh-ust-adriano-rusfi/



#bunda sayang
#fitrah seksualitas
#game level 11

Comments

Popular posts from this blog

Math Around Us - Membagi kartu sama banyak

Bismillahirohmaanirohiiim... Raissa dan Hasna senang mengumpulkan kartu-kartu, entah bekas kartu-kartu member atau asuransi, kartu hadiah yogurt, dan kartu-kartu lainnya. Ketika kami di rumah mbah Uti pun, kartu-kartu itu dibawanya. Tiba-tiba suatu siang, kakak panik dan berputar-putar di sekeliling rumah. Dia kehilangan satu bendel kartu mainannya yang biasanya disimpannya di dompet. Kami mencarinya sambil membereskan mainan masak-masak dan barang-barang lainnya yang berserakan. namun, hasilnya nihil. Kartu-kartu itu tidak ditemukan. Raissa sangat sedih dan frustasi, akhirnya bunda menawarkan untuk membeli kartu di toko mainan. Keesokan harinya, kami bertiga pergi ke kota Gemolong untuk membeli roti sekalian ke toko mainan. Sayangnya di toko tersebut tidak menjual kartu permainan. Kemudian si penjual menyarankan kami membeli pada tukang mainan keliling yang biasa mangkal di sekolahan. Akhirnya kami mendapatkannya. Bunda membelikan kartu karakter "Hai Tayo" 2 bu...

Rapat Kerja Srikandian Ibu Profesional Bekasi 2023

Pada hari Minggu, 26 Februari 2023 saya mengikuti kegiatan Rapat Kerja bersama para srikandian Ibu Profesional Bekasi. Setelah sebelumnya didahului dengan acara serah terima amanah dan dilanjut dengan rapat kerja melalui zoom secara daring. Pada sesi daring sudah ada pembahasan program kerja dari masing-masing komponen, mulai duari Kampung Komunitas, Sejuta Cinta, Himpunan Mahasiswa, Sister Regional, KIPMA dan Lumbung Ilmu. Kali ini sesi luring digunakan sebagai media diskusi untuk membuat sinergi kegiatan antar komponen.  Sekitar dua pekan sebelumnya, saya dihubungi oleh panitia dari Sisreg atau sister regional dan diminta hadir sebagai host atau MC. Kegiatannya semi formal dengan lebih banyak interaksi diskusi dan improvisasi kegiatan secara umum. Sesi pembukaan dilanjutkan dengan sambutan dan prakata dari sekretaris regional yang membahas tentang alur administasi ke sekreg dari masing-masing komponen. Setiap komponen harus mengisi form jika ingin mengadakan kegiatan, baik kegiat...

Bermain dengan Flashcard

Bismillahirrohmaanirrohiiim.... Pengamatan yang saya lakukan beberapa hari ini terhadap gaya belajar Raissa, mengarah pada salah satu gaya belajar yang lebih dominan. Beberapa ciri gaya belajar "auditory" saya temukan pada Raissa, diantaranya: Berbicara kepada diri sendiri saat bermain. Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara. Lebih suka musik daripada seni Mudah terganggu oleh keributan Merasa kesulitan untuk menulis, tetapi hebat dalam bercerita Suka berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu panjang lebar. Berbicara dalam irama yang terpola Senang membaca dengan keras dan mendengarkan. Beberapa ciri lain pada gaya belajar "auditory" tidak saya temukan pada Raissa, atau mungkin belum. Karena pengamatan mendalam baru saya lakukan beberapa hari ini. Tentunya saya perlu memberikan stimulus yang beragam untuk mengamati ke arah mana perkembangan gaya belajarnya.  Hari ini, kami bermain dengan flashcard angka, hewan,...