Baru tadi malam saya mengikuti kuliah zoom dengan narasumber Ibu Septi Peni dan Bapak Dodik Mariyanto. Tema kuliah kali ini adalah A Home Team di masa pandemi. Kata ini sering sekali saya dengar, tetapi ketika itu saya pikir maksudnya adalah sebuah tim keluarga. Ternyata tadi malam saya baru tau bahwa yang di maksud A Home Team ini adalah tim yang beranggotakan keluarga dan berkualitas A, atau kualitas terbaik. Sehubungan dengan masa pandemi, maka Bu Septi menjelaskan tentang kesempatan yang terbuka lebih banyak bagi keluarga untuk lebih sering menghabiskan waktu bersama. Kesempatan ini belum tentu akan datang lagi, ketika anak-anak menghabiskan waktu seharian di rumah. Orang tua yang tadinya bekerja juga lebih banyak kesempatan di rumah. Jangan sampai kesempatan ini hilang begitu saja karena semua keluarga sibuk dengan kegiatan online. Tantangannya tentu saja maraknya aktivitas online yang bermanfaat dan mudah diakses. Tetapi kita jangan sampai lupa untuk menyempatkan waktu lebih banyak ngobrol dan berkegiatan bersama anggota keluarga. Sehingga membuat jadwal dan menentukan prioritas sangatlah penting. Kita haruslah tegas menyikapi sesuatu yang Menarik, tetapi Tidak Tertarik.
Pada saat sesi tanya jawab dengan Pak Dodik, ada hal yang sangat menarik bagi saya. Ketika itu penanya ingin dikuatkan dengan nasehat yang menentramkan hati ketika sedang dilanda kesulitan selama pandemi ini. Kemudian Pak Dodik menceritakan kisah perjuangannya di awal pernikahan, ketika beliau bahkan mengalami pemutusan kerja pada saat krisis moneter 1998. Ketika itu ekonomi mereka sangatlah sulit, sehari-hari hanya mampu membeli ikan asin sebagai lauk. Bahkan ada momen ketika jumlah saldo di rekening adalah Rp 0,- . Pada masa sekarang mungkin keadaan seperti ini tidak dialami sebagian besar kita. Tetapi tantangan hidup tetaplah ada. Kemudian Pak Dodik menceritakan tentang Fakta dan Respon. Fakta bahwa ketika masa sulit tersebut, mereka hanya bisa membeli ikan asin tidak berubah. Tetapi mereka bisa memilih meratapi kondisi tersebut dan terus mengeluh, atau merespon secara berbeda. Akhirnya mereka menjadikan ikan asin tersebut sebagai bahan untuk project jelajah ikan asin. Setiap kali Bu Septi pergi ke pasar untuk membeli ikan asin, beliau akan mengajak anak-anaknya, membeli ikan asin dengan jenis yang berbeda-beda setiap kali. Kemudian mencari cara bagaimana menikmati ikan asin agar lebih enak dan nikmat. Berlaku pula ketika mereka mendapati saldo nol pada rekening, bukannya meratap dan bersedih hati, Pak Dodik dan Bu Septi malah mentertawakannya, hingga menyimpan dan melaminating catatan saldo tersebut.
Mari kita lihat kehidupan kita, kehidupan saya sendiri misalnya. Pertama kali menikah, kami memang belum memiliki banyak hal. Tinggal di rantau, jauh dari keluarga dan mengontrak rumah. Bahkan saya masih mencatat pembelian cabe 1 ons. Tetapi tak bisa dibilang hidup kami pas-pasan, kami bisa dibilang berkecukupan meski kami memulainya tanpa bantuan orang tua. Alhamdulillah hingga kini, tidak ada masalah ekonomi yang berarti. Namun, kondisi ekonomi yang baik-baik saja bukan berarti tidak ada tantangan dalam kehidupan rumah tangga. Entah tantangan yang berasal dari lingkup keluarga, lingkungan, maupun dari pribadi kami masing-masing. Tantangan dengan anak juga tak bisa dianggap remeh, bahkan tantangan menghadapi kenyamanan dan kebosanan. Kami masih sering saling emosi karena hal sepele. Merasa tersentil sekali ketika Pak Dodik bilang, "kurang ini itu, tapi masih hidup kan?" "yang peting kan hidup". Yup, asalkan kita masih hidup, kita tentu bisa menghadapi permasalahan apapun. Di sinilah peran "Respon" itu sangat penting. Fakta yang terjadi mungkin tidak berubah, tetapi kita bisa memilih akan merespon seperti apa. Sehingga respon kita tersebut yang akan berdampak pada kelanjutan kehidupan kita. Bahkan respon yang tepat, akan sangat mungkin dapat merubah fakta. Sehingga merespon dengan baik suatu peristiwa atau kondisi tidak menyenangkan sangatlah penting untuk membuat perasaan kita lebih baik. Bu Septi menambahkan, Bahagia itu tidak ditentukan dari lingkungan di sekitar kita, tetapi oleh pikiran yang kita pilih sebagai respon.
Maka dari itu, mari kita belajar untuk menjadikan kesulitan, kekurangan, menjadi kekuatan dengan memberikan respon yang baik. Sesederhana tersenyum, cobalah merespon kejadian sepanjang hari dengan tersenyum. Lihat hasilnya, tentu akan jauh berbeda jika kita sudah cemberut sejak pagi. Mari semangat untuk menjadi lebih baik. Aamiin.
#klipJanuari2021
Comments
Post a Comment