Pada hari Minggu, 26 Februari 2023 saya mengikuti kegiatan Rapat Kerja bersama para srikandian Ibu Profesional Bekasi. Setelah sebelumnya didahului dengan acara serah terima amanah dan dilanjut dengan rapat kerja melalui zoom secara daring. Pada sesi daring sudah ada pembahasan program kerja dari masing-masing komponen, mulai duari Kampung Komunitas, Sejuta Cinta, Himpunan Mahasiswa, Sister Regional, KIPMA dan Lumbung Ilmu. Kali ini sesi luring digunakan sebagai media diskusi untuk membuat sinergi kegiatan antar komponen. Sekitar dua pekan sebelumnya, saya dihubungi oleh panitia dari Sisreg atau sister regional dan diminta hadir sebagai host atau MC. Kegiatannya semi formal dengan lebih banyak interaksi diskusi dan improvisasi kegiatan secara umum. Sesi pembukaan dilanjutkan dengan sambutan dan prakata dari sekretaris regional yang membahas tentang alur administasi ke sekreg dari masing-masing komponen. Setiap komponen harus mengisi form jika ingin mengadakan kegiatan, baik kegiat...
Saya sempat mengikuti sebuah kuliah zoom tentang financial planning, salah satu bahasan yang cukup berkesan bagi saya adalah tentang Generasi sandwich. Apa sih generasi sandwich?
The sandwich generation is a group of middle-aged adults who care for both their aging parents and their own children. It is not a specific generation or cohort in the sense of the Greatest Generation or the Baby boomer generation, but a phenomenon that can affect anyone whose parents and children need support at the same time. (wikipedia.org)
Jadi, kira-kira begini, Generasi Sandwich adalah kelompok usia dewasa tua yang secara finansial menanggung kebutuhan orang tua dan juga kebutuhan anak. Sehingga generasi ini terhimpit dari atas dan dari bawah layaknya sandwich. Istilah ini tidak mengacu pada generasi kelahiran tahun tertentu, tetapi merupakan suatu fenomena yang bisa dialami siapa saja ketika orang tua dan anak sama-sama memerlukan dukungan disaat yang sama.
Saya dan suami sendiri termasuk dalam generasi sandwich ini. Ketika kami mulai menginjak usia 30an ke atas, anak-anak sudah mulai sekolah, tentu saja biaya kehidupan bertambah secara signifikan. Di sisi lain, orang tua kami sudah menginjak usia pensiun dan tidak lagi bekerja untuk memenuhi kebutuhannya seperti sebelumnya. Sehingga kamipun berinisiatif untuk menganggarkan jatah bulanan untuk membantu menambah pemasukan orang tua kami. Dalam waktu yang hampir bersamaan, pengeluaran kami meningkat secara signifikan.
Fenomena ini membuat kami, bahkan mungkin kebanyakan orang mulai mencari cara untuk memutus mata rantai generasi sandwich ini. Agar nantinya ketika kita menginjak usia non produktif, tidak akan membebani anak-anak kita secara finansial. Maka dari itu, kita harus memulainya sejak dini untuk belajar perencanaan finansial. Bagaimana kita membagi pendapatan kita ke dalam plot-plot pengeluaran, tabungan, sedekah dan zakat, serta investasi dan dana darurat.
Poin penting di sini adalah investasi, karena inilah yang akan kita tuai di masa depan. Sehingga sekarang adalah saat yang tepat untuk mulai belajar berinvestasi. Ada berbagai macam jenis investasi, mulai dari investasi logam, mulia, investasi reksadana dan pasar saham, deposito bank, bahkan yang sedang ramai sekarang adalah investasi pertanian dan peternakan online serta peer to peer landing. Dengan demikian, kita yang memiliki dana terbatas harus benar-benar mempertimbangkan masak-masak sebelum memilih investasi, dan jangan lupa gunakan uang dingin, atau uang milik sendiri yang tidak dipakai untuk keperluan lain.
Comments
Post a Comment