Adakah kiranya yang seperti daku, semenjak 15 Maret 2020 belum menyelenggarakan kegiatan wisata? Atau bahkan sekedar ke pusat perbelanjaan saja bisa dihitung jari. Padahal sudah hampir 1 tahun berlalu, tetapi kami sekeluarga masih #dirumahaja. Kecuali Pak Suami karena memang setiap hari ngantor, dan semenjak beberapa bulan ini sudah ada dinas luar kota tipis-tipis. Khusus yang tidak bisa diselenggarakan melalui media rapat online. Gimana sih rasanya? bosan banget pastinya ya. Apalagi keluarga kami adalah penikmat tempat wisata. Setiap beberapa bulan sekali selalu menyempatkan pergi berlibur, menginap tentu saja. Bahkan setiap akhir pekan, agenda ke mall itu selalu ada, makan di luar sudah pasti.
Tapi kini, ke tempat keramaian saja enggak. Soalnya anak-anak masih di bawah 9 tahun semua, yang paling kecil baru berusia 2 tahun malah. Sehingga suami belum berana mengambil resiko memakai fasilitas umum. Bahkan mushola dan toilet umum kami sangat menghindarinya. Itulah mengapa, berkegiatan di atas 3 jam di luar rumah sangat jarang kami lakukan.
Bagaimana sih, menyiasati kebosanan? bisakah kita melihat dunia meski dari balik pintu rumah, alias tidak keluar rumah? Jawabannya tentu saja bisa. Jika dahulu kita bisa keliling dunia melalui buku, sekarang lebih mudah, kita bisa keliling dunia dengan bermodalkan internet. Jika saya merindukan keindahan-keindahan alam, saya akan berselancar di internet mencari artikel tempat-tempat wisata, mengumpulkan rute dan hotel mana saja yang bisa disinggahi jika ke sana. Memilah satu-persatu hotel dari informasi situs-situs booking, dan membuka maps atau peta online untuk membayangkan lokasinya, dan bagaimana menuju ke sana.
Ada satu cerita di mana saya menyusun ittinerary perjalanan keliling Eropa untuk suami saya, dilengkapi dengan anggaran biaya, moda transportasi, tempat menginap, pemesanan kartu pas dan lainnya. Mengapa hanya untuk suami saya? karena memang hanya suami yang pergi ke sana. Ketika itu, suami mengikuti pelatihan dari kantornya, lokasinya di Finlandia. Peserta awal untuk pelatihan pertama ada banyak, dengan durasi pelatihan selama 2 minggu. Sedangkan pelatihan lanjutan selama hampir 1,5 bulan hanya diikuti 2 orang, termasuk suami saya. Pada sesi kedua ini, suami tidak tinggal di asrama seperti sebelumnya, tetapi tinggal di rumah perorangan yang disewakan. Pemilik rumah adalah seorang janda paruh baya yang menyewakan beberapa kamarnya, namanya Ula. Jadi semacam ibu kos di kota kecil, lokasinya sekitar 1 jam perjalanan kereta dari Helsinki. Satu minggu sebelum jadwal pulang ke Indonesia, suami ingin menyempatkan diri melihat-lihat Eropa, tentu saja karena tidak perlu mengurus Visa yang berbeda. Saya yang ada di rumah diminta menyusun rencana perjalanan lengkap sedetail-detailnya, karena suami pergi sendiri. Rekan yang bersama dari Indonesia memilih untuk pergi ke Swiss saja. Sedangkan suami maunya ke Perancis, Belgia, Belanda, karena berdekatan, ditambah transit sebentar di Copenhagen, Denmark. Saya sangat bersemangat ketika itu, melakukan riset sambil mengukur jarak antar setiap lokasi. Mencari tempat penginapan murah dan di mana bisa mendapatkan makanan halal. Menariknya, di google maps cara-cara menuju satu tempat ke tempat lain sangat jelas. Termasuk moda transportasi umum apa yang tersedia, bahkan untuk kereta, terdapat keterangan jalur kereta yang harus ditempuh dan dari stasiun mana saja. Saya bahkan membaca berbagai cerita para travel blogger tentang tempat yang akan dituju, apa saja yang harus diwaspadai, dan rekomendasi tempat membeli oleh-oleh. Serasa saya juga ikut pergi keliling tempat-tempat tersebut. Ditambah suami juga mengirimkan foto-foto perjalanannya yang sangat menarik.
Jadi, bukan alasan kita di rumah saja lantas tak bisa melihat keindahan tempat-tempat di luar sana. Jika foto saja kurang memuaskan, sekarang banyak video-video perjalanan yang diunggah di internet. Lebih detail daripada jika kita sendiri yang berada di sana, karena kita bisa memutarnya berulang-ulang. Untuk itu, jangan bersedih jika saat ini belum bisa pergi travelling, kita bisa mengumpulkan informasi dan menyusun rencana perjalanan dahulu. Siapa tahu, jika kesempatannya tiba, kita tidak perlu pusing-pusing lagi.
Penulis
Roshinta Dewi Aryani
#KlipJanuari2021
Comments
Post a Comment