Skip to main content

Rapat Kerja Srikandian Ibu Profesional Bekasi 2023

Pada hari Minggu, 26 Februari 2023 saya mengikuti kegiatan Rapat Kerja bersama para srikandian Ibu Profesional Bekasi. Setelah sebelumnya didahului dengan acara serah terima amanah dan dilanjut dengan rapat kerja melalui zoom secara daring. Pada sesi daring sudah ada pembahasan program kerja dari masing-masing komponen, mulai duari Kampung Komunitas, Sejuta Cinta, Himpunan Mahasiswa, Sister Regional, KIPMA dan Lumbung Ilmu. Kali ini sesi luring digunakan sebagai media diskusi untuk membuat sinergi kegiatan antar komponen.  Sekitar dua pekan sebelumnya, saya dihubungi oleh panitia dari Sisreg atau sister regional dan diminta hadir sebagai host atau MC. Kegiatannya semi formal dengan lebih banyak interaksi diskusi dan improvisasi kegiatan secara umum. Sesi pembukaan dilanjutkan dengan sambutan dan prakata dari sekretaris regional yang membahas tentang alur administasi ke sekreg dari masing-masing komponen. Setiap komponen harus mengisi form jika ingin mengadakan kegiatan, baik kegiatan b

TRAGEDI MESIN FOTOCOPY


 


Jarum jam mulai bergerak ke angka 5, sebentar lagi suara yang dinantikan semua orang akan terdengar. Tangan ini tak lagi mau bergerak, monitor-monitor di sekelilingku mulai dimatikan satu per satu. Aku tahu, sebaris manusia di sampingku dan sebaris lainnya di depanku, dan kuyakin berbaris-baris di belakangnya sedang berdag dig dug ria dengan jantungnya masing-masing. Menanti sesuatu anugerah di penghujung hari.

“Teeeettt…. Teetttt….” Akhirnya bel yang ditunggu berbunyi juga. Separuh penghuni ruangan ini bergegas keluar dan berdesakan di pintu kecil yang merupakan pintu keluar terdekat menuju parkiran motor. Yup, mereka-mereka ini adalah geng Teng-Go. Begitu Teng, langsung Go. Yah, meskipun bunyi bel pulang di kantor kami bukan Teng. Tapi Teettt… seperti bel istirahat anak SD saja.

 

“Mbak, mau bareng gak?” tanya Dodo menghancurkan khayalan sore hariku. Dodo adalah anak buahku, dia lebih tua 2 tahun dariku. Tetapi di kantor dia memanggilku mbak, karena menurutnya Bu terlalu tua.

“Enggak, gue mau olahraga sore.” Jawabku sekenanya. Karena sore itu aku berencana pulang agak malam, mau download film. Lumayan pakai internet kantor kan gak kerasa.

Aku memang bekerja di kantor, tapi sebenarnya ini adalah pabrik. Letaknya di tengah kawasan industri yang jaraknya bisa 2 km ke jalan besar. Untuk keluar kawasan sepulang kerja, biasanya aku mencari tebengan, atau naik ojek. Jika sedang sial, dan ojek tak ada yang masuk kawasan, terpaksalah aku jalan kaki.

 

Well, mau pengumuman dulu nih, aku masih jomblo, jadi kalau hari sabtu aku sering masuk kantor hanya untuk nonton drama, download film, atau streaming drakor. Wkwkwk… maklum, temen-temen kosku pada punya pacar, gak seru aja jadi obat nyamuk di kos-kosan gara-gara para pasangan irit yang gak mau keluar duit buat jalan, tapi malah memanfaatkan ruang tamu kosan yang gratisan.

 

“Kukuriyuukkk… kukuriyukk..” Ah, ayam siapa pula itu berkokok di jam segini. Subuh juga belom. Kupaksakan diri sambil membelalakkan mata, bentar lagi Adzan. Sekalian aja sholat dulu deh, nanti tidur lagi. Begitu rencanaku pagi itu. Malangnya, aku lupa menyalakan alarm, alhasil aku tergopoh-gopoh keluar rumah dan berlari mengejar tukang ojek. Jangankan sarapan, mandipun aku tak sempat. Entah kenapa para ojek yang kulewati sudah ada yang memiliki. Di saat seperti ini, aku mengutuk kejombloanku yang menyiksa ini. Andai saja aku punya pacar, pastinya dia akan menanti di bawah jendela kamarku untuk mengantarkanku ke tempat kerjaku.

Setelah berlarian sepanjang 500 meter hingga keringat bercucuran di tubuhku yang belum terkena air ini, akhirnya ada bang ojek yang menatapku dengan iba dan membiarkanku membonceng sepeda motornya. Pasti sebagian kalian bertanya-tanya, kenapa enggak pakai ojek online saja. Well, asal kalian tahu, ojek konvensional masih banyak yang butuh pelanggan, dan mereka bisa ditemukan sepanjang jalan, tinggal naik aja. Biasanya aku cuma perlu bayar lima ribu rupiah untuk sampai ke depan pabrik. Sedangkan ojek online sepuluh ribu rupiah, itupun nunggunya lama karena di area tempat kerjaku armadanya masih sedikit.

 

Singkat cerita, sampailah aku di kantor. Suara lagu sayup-sayup mulai terdengar, aduh senamnya udah mulai. Kurapatkan sepatuku, kusingsingkan lengan baju dan bersiap berlari mengejar lagu. Aku harus masuk ruangan sebelum lagu itu berakhir jika tak ingin kena tegur. Setiap pagi, seluruh karyawan di pabrik maupun di kantor harus melakukan senam singkat sebelum mulai bekerja di pagi hari. Agak lucu memang, tapi itulah salah satu budaya di kantorku. Di hari biasa, kami cukup melakukan senam di sekitar tempat duduk, khusus di hari Jum’at, seluruh karyawan harus ikut senam di aula besar yang letaknya di tengah-tengah pabrik. Sudah semacam flash mop aja deh pokoknya.

 

“Evita Cahya Razzani, loe lari lagi yak.” Pak Ben, bosku menegurku.

“Iya Pak, maap kesiangan.” Sahutku memasang muka melas.

“Hhh… ya udah, rapi-rapi sana. Jam 10 kita meeting sama Imori.” Pak Ben mendesah sambil memaklumi tingkahku yang konyol dan gak ada anggun-anggunnya meski aku satu-satunya perempuan di Departemen ini. Aku bekerja di bagian Purchase, tapi khusus menangani transaksi luar negeri. Jadi sehari-hari aku berhubungan dengan Supplier dari Asia dan sekitarnya.

 

Hari Jum’at pagi, hari favoritku diantara 5 hari kerja dalam seminggu. Karena ini waktunya Jum’at bersih. Yes, loe gak salah baca. Setelah senam bersama di aula Pabrik, setiap hari Jum’at, satu orang dari setiap Departemen harus melaksanakan Jum’at bersih, yaitu berjalan keliling Pabrik, Taman, dan seluruh area luar gedung untuk mengambil sampah-sampah yang berserakan. Pabrik kami tidak punya banyak OB ataupun tukang kebun, bahkan sebagian besar pekerjaan bersih-bersih dilakukan oleh masing-masing orang. Jadi tidak aneh kalau melihat ada yang menyapu atau mengelap meja di area kerjanya sendiri. Meski spanduk menjaga kebersihan ada di mana-mana, tetap saja setiap Jum’at berkeliling, kami tetap menemukan sampah-sampah. Sebenarnya di setiap Departemen sudah ada pembagian jadwal untuk Jum’at bersih, tetapi aku selalu menawarkan diri menggantikan rekan yang sedang banyak kerjaan atau sedang malas saja berjalan keliling berpanas-panasan. Aku sendiri menyukainya, karena ini kesempatanku mengobrol dengan staf bagian operasional produksi yang biasanya lumayan-lumayan. Hihihi. Tetiba aku melihat wajah yang tak biasa ikut berkeliling.

“Pak Pipin, itu siapa?” tanyaku pada salah seorang staff pabrik.

“Anak Safety yang baru, namanya Rafisqy. Gantiin mas Yasa.” Pak pipin menjawab pertanyaanku.

Mas Yasa adalah staf bagian safety, kami cukup dekat karena aku sering ke perpustakaan pabrik yang letaknya di area kerja Departemen Safety. Dia sering membantuku mempelajari tentang sertifikasi ISO dan lainnya. Tetapi bulan lalu dia memutuskan untuk resign karena ingin kuliah lagi.

 

“Hei, kenalan. Namaku Evita, panggil aja Razza.” Dengan santainya aku mengajak berkenalan. Ini sih enaknya ikut Jum’at bersih, bisa ngobrol santai meski sambil mungutin plastik bungkus permen.

“Jauh amat buk, kayak Cikarang tapi Bekasi.” Wah, ngocol juga ni anak batinku. Kalau dilihat lihat sih kayaknya umurnya gak beda jauh sama aku, anggep seumuran ajalah ya. Obrolan kamipun berlanjut hingga selesai acara Jum’at bersih dan berakhir dengan bertukar nomor WA.

Tanpa sadar kami sering bertemu di hari Jum’at dan melanjutkan obrolan melalui pesan singkat. Hari berlalu dan kurasa kami makin dekat. Akupun pernah beberapa kali diantarnya pulang.

 

Meski begitu, statusku tetaplah jomblo, dan aku masih sering menghabiskan waktu main internet di luar jam kantor. Hingga di suatu Sabtu pagi, aku terbangun setengah syok. Sepertinya aku meninggalkan sesuatu di kantor karena tadi malam aku pulang kemalaman demi nonton Drama Goblin. Segera kurapikan tempat tidurku, mandi dan masak mie instan untuk sekedar mengisi perut. Lalu bergegas naik angkot yang dilanjut dengan ojek menuju ke pabrik. Biasanya jika pergi ke pabrik di hari Sabtu, aku memilih berjalan kaki dari depan kawasan ke pabrik. Selain irit ongkos, aku juga sekalian berolahraga pagi. Tetapi kali ini aku punya misi yang lebih penting. Sesampainya di pos satpam, aku sekedar menyapa security yang sebagian besar sudah mengenalku dan berjalan cepat menuju ruanganku. Itu dia, berada di sudut kantor di dekat jendela, berdiri dengan kokoh dan percaya diri. Mesin Fotocopy.

 

Kuhampiri ia dengan segera, takut ada orang lain yang lebih dulu tiba. Kugenggam tumpukan kertas yang ada di sana, tapi kusadar, aku kehilangan lembar pertama. Tak kusangka ada dia, berjongkok di bawah mesin fotocopy sambil menggenggam selembar kertas bertuliskan “JAKARTA UNDERCOVER”.

“Eh, punyamu ya Razza? Sorry tadi ini jatuh waktu aku mau fotocopy lembar instruksi K3 buat area finishing.” Oh, No….. ada Rafisqy, dan dia memergokiku memakai mesin fotocopy yang juga printer untuk kepentingan pribadi. Lebih parahnya dia tahu judul novel yang aku cetak di mesin itu.

“Iiiya, anu tapi aku biasanya enggak baca ginian kok. Cuma karena penasaran aja, udah lama rame tapi aku belum baca.” Jawabku tergagap sambil berusaha memaksakan senyum.

“Eh, ya udah aku duluan ya.” Aku bergegas mengakhiri obrolan sebelum dia membahasnya lebih lanjut.

 

Ahh… bodoh sekali aku, ini benar-benar tragedi yang memalukan. Bisa-bisanya aku kepergok sama Rafisqy. Bagaimana aku akan menghadapinya esok hari. Sepertinya aku kualat karena memanfaatkan fasilitas kantor dengan semena-mena.

 

Setelah kejadian memalukan itu, aku tak lagi menawarkan diri untuk Jum’at bersih. Aku belum siap bertemu Rafisky. Hingga suatu hari, selepas sholat Ashar di Masjid pabrik, dia menghampiriku.

“Udah lama nggak barengan Jum’at bersih ya kita.” Katanya membuka obrolan.

“Oh, iya gue lagi males aja, ada banyak kerjaan juga.” Aku memberi alasan.

“Nanti sore a pertandingan footsal, tim Admin lawan Tim Pabrik. Kamu ikut nonton kan?”

Ah iya, aku dapet jatah beli cemilan lagi, mau kabur aja rasanya.

“Mau pergi bareng?” lanjut Rafisqy.

“Enggak usah, aku mau mampir beli cemilan sama minum dulu soalnya.”

“Gak papa, aku anter sekalian. Kamu gak bawa motor kan. Aku tunggu di luar gerbang ya.” Katanya sembari pergi meninggalkanku, tak memberiku kesempatan untuk menjawab.

Begitulah, kami mulai berhubungan kembali. Rafisqy bersikap biasa, seolah tak pernah ada kejadian apa-apa. Dia membuatku tertawa setiap kali kami bersama. Kurasa, aku tak perlu lagi menghabiskan waktu senggangku di kantor untuk menonton film, atau memakai mesin Fotocopy untuk mencetak novel online. Kini aku punya teman untuk bertukar pesan konyol sambil makan krupuk. Atau sekedar menghabiskan minggu pagi dengan jogging bareng dan foto-foto di pinggir danau. Aku masih jomblo, tapi sekarang tak lagi semenyedihkan dulu, tak lagi semenyiksa dulu. Karena aku tahu, banyak hal lain yang bisa kulakukan dan lebih bermanfaat bagi tubuh dan jiwaku.

 

 

 

TAMAT

 

 

 Penulis

Roshinta Dewi Aryani

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Comments

Popular posts from this blog

Menyanyi Laguku Sendiri (Think Creative Day 8)

Hampir sebulanan ini Hasna bunda masukkan ke PAUD dekat rumah. Berangkat pukul 07.30 WIB dan pulang sekitar pukul 10.00 WIB. Bunda merasa kasihan, karena ketika kakak sekolah TK, adik Hasna bermain sendiri. Bunda sedang tidak bisa membersamai, apalagi sebentar lagi ada adik bayi. Kemungkinan besar fokus bunda adalah mengurus adik bayi. Untungnya Hasna sangat excited di PAUD, meskipun sederhana tetapi bunda tahu di sana memang hanya bermain tanpa dipaksa belajar. Bahkan kadang jalan-jalan atau beraktivitas di kebun sebelah sekolah.  Hasna memang suka menyanyi, kemarin ibu gurunya mengirimi bunda video ketika Hasna menyanyi sambil menunggu dijemput mbah uti. Di lagu tersebut, Hasna mengarang sendiri syairnya. Tentang mamanya yang belum jemput. Dan bagaimana ia di sekolah. Kata gurunya, di kelaspun dia suka menyanyi sendiri. Berarti dia merasa nyaman di PAUD dan tidak merasa terbebani. Setiap pulang juga selalu cerita. Misalnya saja beberapa hari lalu, anak-anak lomba makan k

Pohon Literasi #Day 10

Bismillaahirrohmaanirrohiiim... Tantangan hari ke 10, Raissa masih kurang enak badan. Padahal, hari itu bunda ada pertemuan pengurus Komunitas Ibu Profesional Sumut. Paginya kami sempatkan pergi ke dokter untuk memeriksakan kakak. Setelahnya ayah mengantar bunda dan adik ke tempat pertemuan. Kakak sebenarnya marah karena ingin ikut, akhirnya dibujuk ayah istirahat di rumah. Sepulang ngantar bunda nanti mampir beli kaos dan buku Afra. Bunda dan ayah berbagi tugas untuk menjaga anak-anak. Karena kemungkinan itu pertemuan pengurus KIP Sumut yg terakhir bunda ikuti. Soalnya bulan ini kami sudah akan pindah dari Sumut. Sekalian bunda pamitan dengan teman-teman pengurus yang lain.  Selama menemani bunda, Hasna bersikap baik dengan bermain sendiri. Mewarnai, membaca, dan memainkan amunisi yang sudah dibawanya dari rumah. Sempat pula berkenalan dengan anak-anak teman bunda. Sesampainya di rumah, ternyata kakak mendapat beberapa buku Afra. Salah satunya Amazing shodaqoh. Kam

Refleksi Pemilihan Walikota di Hexagon City

 Hexagon city pada pekan-pekan ini sedang berproses membangun struktur organisasi kota. Kali ini proses pemilihan walikota berlangsung. Mulai dari Pengajuan kandidat hingga hari pemilihan dan hasil pemungutan suara. Seperti halnya pemilu di tempat lain berlangsung, di hexagon city proses yang dilalui juga sangat teratur dan khidmad. Meskipun seluruh warga adalah perempuan, seluruh kandidat dan tim sukses juga adalah para perempuan, hal ini tidak mengurangi esensi pemilu itu sendiri. PENGAJUAN KANDIDAT CALON WALIKOTA Setiap cluster di hexagon city diberikan kuota sebanyak 3 calon kandidat. Gugus Impian adalah cluster tempat saya berada. Ada tiga orang calon kandidat yang pada awalnya mengajukan diri. Selain 3 kandidat sebagai perwakilan cluster, hexagonia yang lain juga diperkenankan mencalonkan diri sebagai kandidat independen.  Para calon kandidat walikota diharuskan mendaftarkan diri pada form yang disediakan oleh tim formula dengan batas waktu. Namun, terjadi beberapa hal selama pro