Beberapa minggu yang lalu, saya sedang galau karena bingung ingin membeli buku untuk anak ketiga. Laki-laki, berusia 2 tahun lebih dan masih suka melempar atau kadang karena kurang hati-hati jadi merusak buku. Beberapa buku hardcover dengan isi buku berbahan art paper menjadi korbannya. Sudah tak terhitung berapa halaman yang dipenuhi selotip karena ujungnya sobek.
Saya berencana menambah buku boardbook, selain lebih aman, juga lebih sesuai usianya. Sempat tertarik membeli buku boardbook premium yang memiliki beberapa set dengan total hampir 25 buku. Dilengkapi dengan boneka peraga dan bisa dibaca dengan e-pen. Saya sudah mengenal buku ini semenjak anak kedua berusia 2 tahunan juga. Tetapi selalu ragu untuk membeli. Selain karena harganya berbilang juta, saya takut tidak semua terbaca dan termanfaatkan dengan baik. Ketika itu, saya berpikir untuk membeli buku dengan isi sejenis yang bukan boardbook karena tentunya harga lebih murah.
Baru-baru ini, ketika sangat berniat untuk membeli buku premium set tersebut, keraguan kembali menghinggapi. Saya berpikir untuk membeli buku boardbook satuan saja dengan tema sejenis. Selain lebih murah, membelinya juga bisa dicicil sesuai kebutuhan materi saat itu. Namun bayangan memiliki buku sederet dengan warna serupa tentu mempercantik rak buku. Akhirnya dengan memantapkan diri, mencoba mencari masukan dari teman-teman di grup komunitas.
Tujuan awalnya adalah mencari dukungan untuk memantapkan hati membeli buku premium tersebut. Namun, saya berakhir dengan kegalauan baru karena mendapat referensi judul buku yang menarik. Memang bukan boardbook, tetapi art paper yang digunakan cukup tebal. Buku-buku yang dimaksud adalah terbitan Litara yang bekerjasama dengan room to read. Buku-buku ini adalah jenis living book atau pustaka hidup. Buku-buku yang menyediakan ide bermutu dan inspiratif yang menyehatkan pikiran. Secara sederhana, buku dianggap sebagai living book ketika buku itu mengandung ide "hidup" yang membuat anak mengingat, merenungkan, dan membuatnya tergugah sehingga mendorong pada pemikiran dan pendapat baru.
Saya sampaikan sebelumnya bahwa penerbit Litara bekerjasama dengan Room to Read untuk proses pembuatan buku ini. Room to read sendiri adalah organisasi nirlaba yang bertujuan meningkatkan literasi dalam pendidikan anak di negara berkembang. Kantor pusatnya berada di San Francisco, California, US. Organisasi ini bekerja sama dengan penerbit, penulis, ilustrator dan yayasan literasi lokal untuk menghasilkan buku anak yang berkualitas atau disebut juga living book.
Judul buku yang direkomendasikan oleh teman saya untuk dibeli pertama kali adalah "Aku Suka Caramu". Buku ini berukuran cukup besar, seperti buku gambar anak yang berbentuk persegi panjang dan dibuka secara horisontal. Ceritanya berawal dari Rano dan Wuri yang sedang dalam perjalanan menuju rumah Ali. Hari itu Ali sedang mengadakan acara pesta di rumahnya. Rano adalah seorang anak disabilitas netra, ia tak dapat melihat dan berjalan menggunakan sebuah tongkat. Di sepanjang jalan Wuri berusaha membantu, tetapi Rano selalu meyakinkan bahwa ia bisa sendiri.
Bagaimana caranya Rano mencari jalan yang benar ke arah rumah Ali? Padahal ia tak dapat melihat. Dalam buku ini diceritakan tentang cara Rano memakai indra lainnya sebagai pengganti penglihatannya. Seperti ketika ia mencium aroma sate yang dipanggang, ia tau itu saatnya berbelok. Rano memakai indra penciuman sebagai petunjuk arah. Atau ketika Rano meraba dinding batu di sebuah sudut, ia memakai indra peraba untuk menunjukkan bahwa ia harus berbelok. Di tengah perjalanan, Wuri berteriak karena ada anjing di pagar, ia ingin membantu Rano. Tetapi Rano mengatakan, ia bisa sendiri. Gonggongan anjing menunjukkan bahwa Rano harus tetap lurus, kali ini indra pendengaran yang digunakannya. Terakhir, ada genangan air di jalan. Wuri berusaha memperingatkan Rano, tetapi Rano memakai tongkatnya untuk mengenali kondisi jalan di depannya, sehingga ia bisa menghindari genangan air. Akhirnya mereka sampai di rumah Ali. Wuri sungguh kagum dengan cara Rano memanfaatkan indra lain selain penglihatannya untuk membantunya menemukan jalan ke rumah Ali.
Buku ini sungguh luar biasa, selain mengenalkan kepada anak bahwa ada orang-orang disabilitas sekitar kita, dan bagaimana memanfaatkan indra kita untuk mencapai tujuan. Setelah membaca ini, banyak hal yang bisa saya diskusikan dengan anak-anak. Tentang disabilitas, tentang panca indra, dan lain sebagainya. Rasanya saya paham mengapa buku ini disebut "living book", karena buku ini terasa hidup, ide-ide dan gagasan di dalamnya dapat terus tumbuh di benak anak-anak.
Saya sangat merekomendasikan buku ini. Kita dapat menanamkan berbagai nilai kehidupan dengan cara yang tidak menggurui dan tentu saja dengan cerita yang menarik untuk diperbincangkan. Buku ini ditulis oleh Audelia Augustine, diilustrasikan oleh Haikal dan diterbitkan oleh Penerbit Litara.
#KLIPApril2021
Comments
Post a Comment