Kepindahan
suami ke pulau Jawa disusul dengan pandemi yang berlangsung hampir dua tahun
lamanya menjadi alasan ku⁹at kenapa saya tidak pernah lagi naik pesawat terbang.
Dahulu kami sekeluarga bepergian antar pulau dengan pesawat. Karena alasan
jarak dan waktu tempuh tentu saja. Mudik ke Jawa atau bepergian travelling selalu
memakai moda transportasi pesawat.
Setelah
pindah domisili ke pulau Jawa, kami sekeluarga lebih sering bepergian lewat
jalur darat. Selain lebih fleksibel juga lebih ekonomis. Namun, ketika itu moda
transportasi pesawat masih sering kami gunakan untuk acara jalan-jalan yang
durasi waktu liburnya terbatas.
Kemudian
pandemi melanda, selain pembatasan bepergian diberlakukan, ekonomi menjadi
alasan berikutnya. Dengan pendapatan berkurang, acara jalan-jalan juga semakin
dibatasi. Sehingga praktis selama hampir dua tahun ini saya belum naik pesawat
lagi.
Sebelum
ini saya pernah naik pesawat di masa awal new normal, karena bapak mertua
meninggal. Itupun saya pergi sendiri tanpa anak-anak. Penumpang diwajibkan
mengunggah aplikasi EHac. Kemudian ditunjukkan kepada petugas sebelum terminal
kedatangan.
Kali
ini saya bepergian lagi sendiri, dengan pesawat Batik Air. Bandara Halim
Perdanakusuma menjadi pilihan bagi para penumpang perjalanan domestik yang
tinggal di Jabodetabek. Selain jaraknya relatif lebih dekat dibanding bandara
Soekarno Hatta, bandara Halim juga jauh lebih sederhana. Hanya dua maskapai
yang terbang dari bandara ini yautu, Citilink dan Batik Air.
Saya
berangkat dari Bekasi pukul 03.30 WIB, hanya perlu 25 menit saya sudah sampai
bandara Halim Perdanakusuma. Ketika turun dari mobil di bagian drop off
keberangkatan, kita akan langsung disambut deretan mesin cetak boarding pass. Jika
tidak membawa bagasi, kita bisa cetak boarding pass di mesin tersebut dengan
mengetik nama belakang dan kode booking tiket. Selanjutnya tinggal check list –
check list setiap pertanyaan dan klik tombol Cetak Boarding Pass.
Jika
ingin mengurangi sampah kertas, maka kita bisa check in online di web maskapai.
Karena saya naik Baik Air, maka saya klik web batikair.com. Pilih web Check in
dan masukkan kode booking. Kemudian cek nama penumpang, dan pilih kursi. Kita
akan memperoleh file pdf yang berisi bukti check in dan boarding pass digital.
Di
dekat area mesin cetak boarding pass adalah pintu masuk. Tunjukkan boarding
pass atau bukti booking tiket serta KTP. Petugas akan mengecek apakah nama pada
tiket dan KTP sudah sesuai. Kemudian kita akan diminta membuka masker untuk
memastikan foto dan wajah kita sama.
Masuk
ke pintu keberangkatan, seluruh barang bawaan harus dimasukkan mesin peminday
x-ray. Untuk mempercepat proses ini, biasanya dari rumah, semua barang sudah
saya masukkan handbag dan koper. Termasuk jaket, handphone, jam tangan atau accesorris
lainnya. Saya baru akan memakai barang-barang tersebut di ruang tunggu sebelum
masuk gate.
Setelah
semua barang masuk ke mesin pemindai, penumpang harus melewati alat pemindai
berbentuk kusen pintu. Jika masih ada barang yang dipakai yang mengandung
logam, maka lampu akan menyala merah. Dan petugas akan memeriksa kita. Itulah
pentingnya memastikan semua barang masuk tas.
Bandara
Halim ini cukup sederhana, counter check in hanya sedikit, dan kalau pagi tidak
ada antrian. Jika ada barang yang akan dimasukkan ke bagasi pesawat, kita harus
check in manual ke counter untuk drop bagasi. Jika hanya membawa koper cabin,
kita bisa langsung menuju gate.
Ketika
menuju gate, akan ada pemeriksaan kedua. Prosesnya sama dengan pemeriksaan di
pintu masuk. Jadi barang-barangnya jangan dikeluarin dulu ya. Akan ada papan
penunjuk arah dengan dua panah. Warna hijau, dengan tulisan Citilink arahnya
lurus. Sedangkan warna merah dengan tulisan Batik Air ke arah kanan.
Biasanya
kita masuk ke ruang tunggu terlebih dahulu, baru menemukan Nomer Gate atau
gerbang ke tempat naik pesawat. Apalagi bandara besar seperti Kualanamu di
Medan, atau Terminal 3 Soekarno Hatta. Namun, di bandara Halim ini agak berbeda.
Penumpang melewati meja petugas di gate, baru kemudian restoran dan ruang
tunggu, dengan fasilitas toilet dan mushola. Karena penasaran, saya pun
berkeliling. Karena ini pertama kalinya saya sendirian. Biasanya ada anak-anak,
jadi pasti repot ini itu. Tidak sempat memperhatikan sekeliling.
Ada
rest area yang berisi kursi-kursi pijat. Ada dua coffe shop dan beberapa warung
makan. Ada juga toko buku luar, dan minimarket. Mushola dan toilet terletak di
ujung, dengan sisi satunya playgrournd sederhana. Tidak ada gate lain,
satu-satunya gerbang keberangkatan untuk seluruh penerbangan yaitu meja petugas
yang dilewati tadi.
Panggilan
masuk pesawat 30 menit sebelum jadwal keberangkatan. Pukul 04.30 WIB saya mulai
mengantre di gate. Kembali menunjukkan KTP dan boarding pass. Tak berapa lama
berjalan, kita akan langsung disambut jalanan aspal dengan pesawat yang sudah
terparkir. Ada petugas yang mengarahkan, pesawat mana yang kami tuju. Kebetulan
ada dua penerbangan bersamaan.
Comments
Post a Comment